KLENTENG HOK TIEK BIO
Keberadaan Tempat Ibadah Tri Dharma Hok Tiek Bio atau biasa disebut
Klenteng Hok Tiek Bio yang berada di Jalan Letjen Sukowati merupakan
saksi sejarah masuknya ajaran agama Budha di Kota Salatiga. Dan dalam
perjalanannya, Klenteng Hok Tiek Bio ini pun menjadi simbol dari
keberadaan penganut Tri Dharma, yakni kombinasi antara agama Budha,
Khong Hu Cu dan Taoisme.
Masuknya pengaruh ajaran Budha sendiri sebenarnya sudah terjadi
sangat lama. Ini ditandai dengan banyaknya ditemukan arca-arca berupa
lingga, yoni dan prasasti dengan corak Hindu/Budha. Berdirinya klenteng
ini sekaligus menandakan masuknya pengaruh Tionghoa ke Kota Hati
Beriman ini.
Tak diketahui secara persis kapan pengaruh kaum warga keturunan ini
masuk ke Salatiga yang dulunya merupakan tanah perdikan ini. Namun dari
hasil identifikasi sejumlah ahli sejarah, masuknya pengaruh Tionghoa
ke Kota Salatiga diprediksi terjadi seiring dengan pergerakan Tionghoa
ke Surakarta (Solo) pada tahun 1740-1741.
Menurut Hamdi Chan, juru kunci Klenteng Hok Tiek Bio, klenteng
yang didominasi warna merah dan kuning keemasan ini dibangun sekitar
tahun 1872. Tak jelas siapa yang tokoh yang memiliki ide pembangunan
klenteng yang memiliki sembilan altar (meja pemujaan) ini. Namun yang
pasti, klenteng ini berdiri dari sumbangan para penganut Tri Dharma
kala itu. Nama-nama jemaat yang ikut menyumbang tertuang dalam prasasti
yang terpampang di tembok sebelah timur ruang utama dengan tulisan
China.
Warna
merah menyimbolkan kebahagiaan dan kesuksesan. Sedang warna kuning
keemasan memiliki arti sifat ketuhanan/keagamaan (religusitas).
Hamdi yang sudah 20 tahun merawat klenteng yang menghadap ke utara ini
memaparkan, sembilan altar tersebut berada di sembilan ruang. Ruang
paling depan yang terbuka pada bangunan utama yang bentuknya menyerupai
huruf T terbalik ini adalah ruang penyembahan Thian Than (Tuhan Yang
Maha Esa). Ruang tengah yang merupakan ruang utama terdapat altar Dewa
Bumi (Hok Tek Cing Sien) beserta dewa lain dan pengawalnya.
Di sebelah timur ruang utama terdapat dua ruang penyembahan,
yakni ruang penyembahan Dewi Welas Asih (Mak Co Kwan Im) dan ruang
penyembahan Dewa Rezeki. Sementara di sebelah barat ruang utama juga
terdapat dua ruang penyembahan, yakni ruang penyembahan Dewi Lautan
(Mak Co Thian Siang Sing Bo) dan ruang penyembahan smiling Budha (Budha
yang selalu tersenyum).
Terpisah dari bangunan utama, di sebelah barat terdapat bangunan
memanjang ke utara yang berisi tiga ruang penyembahan. Ruang paling
utara merupakan terdapat altar Budha Sidharta Gautama. Ruang tengah
terdapat altar Thay Sang Lo Kun dan ruang paling timur terdapat altar
Nabi Khong Hu Cu.
Salah satu keunikan dari Klenteng Hok Tiek Bio ini adalah
terdapat sebuah tampa bulat yang terbuat dari bambu tergantung di
langit-langit ruang penyembahan Dewa Bumi. Menurut Hamdi, keberadaan
tampa yang sudah berwarna hitam akibat terkena kepulan asap lilin dan
hio swa ini adalah peringatan agar tidak bersumpah di dalam klenteng,
kecuali atas perintah pengadilan.
Bagi yang melakukan sumpah di dalam klenteng namun sumpahnya itu
bohong, diyakini orang yang bersumpah itu akan menerima risiko yang
besar dari apa yang ia kerjakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar